Kamis, 13 Oktober 2016

#2



Aku benar-benar tidak tau siapa yang harus aku salahkan. Namun sampai malam ini berlalu pun, aku masih bergulat dengan rindu yang tak tertahankan.

Aku tau, sekarang ini aku dan kamu benar-benar harus pergi ke pucuk-pucuk dunia yang berbeda. Menciptakan sebuah frasa bernama kenangan. Membuat sebuah hitungan matematika yang biasa diberi rumus jarak. Jarak yang jauh yang begitu sulit untuk dilampaui batas kewajaranku dan kamu. Juga mendatangkan lelah yang tak kunjung usai. Karena percayalah sayang, melepasmu adalah sesuatu diluar kemampuan diriku.

Tapi tenang saja sayang. Aku tidak peduli.

Selama aku tau, kamu dan aku masih dibawah naungan atmosfer yang sama aku percaya akan ada saatnya kaki-kaki kita akan melangkah bersama dan kembali mendekat sama seperti dini hari itu di kedai tempat pertama kali kita saling berjabat tangan dan melempar senyum perkenalan. Sang semesta dengan semua permainan nasibnya, jutaan detik waktu yang ada ditangannya serta beribu doa-doaku yang pada akhirnya akan membawamu kembali pulang menemukan aku disini. 

Karena yang aku tahu, Tuhan memberiku talenta untuk tidak pernah berhenti menyanyangimu.



(fiksi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar