Sabtu, 04 Maret 2017

hatiku telah hilang

aku sudah jatuh hati
pada suatu masa dimana aku bisa bercanda dan membagi kisah hidupku bersama mu di suatu tempat yang suram

aku jatuh hati
pada suatu momentum yang tidak akan pernah bisa kuulangi dimana pun dan kapan pun

hatiku sudah kutinggalkan
di suatu dimensi ruang yang jauh dari kehidupanku sekarang

hatiku hilang, sayang

di sebuah tempat dimana aku bisa selalu merasa kembali pulang
dengan banyak pundak yang siap menjadi sandaran kepalaku yang tidak sanggup terlalu lama mendongak
dengan ribuan jari yang sanggup mengusap air yang menetes di pelupuk mataku
dengan semua orang yang aku sebut dengan keluarga.

yang kini

aku hampir sudah tidak mengenal mereka

bukan

bukan aku tidak terima

hanya saja

aku merindukan mereka
mereka yang tanpa topeng tebal
mereka yang tanpa  penutup wajah
serta mereka yang selalu aku lihat pertama kali saat aku bangun




spesial untuk : Rumah lamaku, SMA Van Lith Muntilan

#3

Rinai-rinai hujan yang harus kembali jatuh pun mengingatkan ku pada semua hal yang sudah-sudah. Pada tempat yang tak bisa ku singgahi. Pada langkah yang tak mungkin untuk ku dekati. Juga pada mata indah yang tidak bisa ku wakilkan dengan kata apa pun.

Dulu, aku berharap sejauh mana kita mengarungi waktu, pasti akan bermuara pada satu temu. Disatukan oleh tujuan yang akan dipermudah lewat satu jalan yang sama. Tetapi kamu, memutar arah dan pergi entah kemana.

Mungkin memang percayaku terlalu pagi. Sedang kecewa ini setajam belati yang membuat hati ini kembali menjadi abu. Aku telah kehilangan tiap jengkal kebersamaan kita yang tadinya sedekat nadi.

Perlahan, sang waktu mulai menunjukkan kuasanya. Bertahan sudah jelas bukan pilihan. Aku memang tidak bisa memutar waktu sebelum perasaan ini kau buang jauh ke pematang luas. 

Sekarang aku dan kamu hanya saling mengisi jalan dengan langkah dan tujuan yang berbeda. Dengan kenyataan yang kita pahami bersama. Juga dengan janji-janjimu yang sudah menjadi asap hilang entah kemana

Memang percaya bisa terlalu pagi, hingga kecewa bagai senapan dan rindu bagai cabikan. Meskipun begitu, langit tak pernah tidak peduli perihal tempat mana yg akan kau sambangi. Namun selama langit masih membiru dan senja masih merona. Hati, meski telah mengucur  darah, tetap ada dan menunggu senapan lain untuk menembak. Meski kadang percaya terlalu pagi  hingga senja nanti sedih menanti.