Aku benar-benar tidak tau siapa
yang harus aku salahkan. Namun sampai malam ini berlalu pun, aku masih bergulat
dengan rindu yang tak tertahankan.
Aku tau, sekarang ini aku dan
kamu benar-benar harus pergi ke pucuk-pucuk dunia yang berbeda. Menciptakan sebuah
frasa bernama kenangan. Membuat sebuah hitungan matematika yang biasa diberi
rumus jarak. Jarak yang jauh yang begitu sulit untuk dilampaui batas
kewajaranku dan kamu. Juga mendatangkan lelah yang tak kunjung usai. Karena
percayalah sayang, melepasmu adalah sesuatu diluar kemampuan diriku.
Tapi tenang saja sayang. Aku
tidak peduli.
Selama aku tau, kamu dan aku
masih dibawah naungan atmosfer yang sama aku percaya akan ada saatnya kaki-kaki
kita akan melangkah bersama dan kembali mendekat sama seperti dini hari itu di
kedai tempat pertama kali kita saling berjabat tangan dan melempar senyum
perkenalan. Sang semesta dengan semua permainan nasibnya, jutaan detik waktu
yang ada ditangannya serta beribu doa-doaku yang pada akhirnya akan membawamu
kembali pulang menemukan aku disini.
Karena
yang aku tahu, Tuhan memberiku talenta untuk tidak pernah berhenti
menyanyangimu.
(fiksi)