Ada banyak yang tidak bisa dilihat hanya dengan kedua bola
mata. Ada macam macam hal yang tidak bisa di dengar hanya mengandalkan sepasang
telinga. Dan ada banyak orang dengan ribuan latar belakang yang bervariasi
untuk melakukan suatu tindakan.
Ada banyak yang ingin aku sampaikan, ada beribu kata yang
ingin aku ungkapkan. Tentang kepergiaanku. Tentang hilangnya aku. Namun kata
tak sampai keluar karna prasangka telah terlanjur lebih dulu merajai.
Mungkin seharusnya, sebelum kamu melangkah lebih jauh lagi
coba duduklah, tundukkan kepalamu sejenak dan pejamkan matamu. Pastikan lagi
bahwa sebenarnya kamu hanya ingin menyapa atau ingin singgah dalam kurun waktu
yang panjang. Dengan begitu, aku pun bisa menentukan langkah dengan tepat. Sekedar
menjulurkan kepalaku keluar lewat jendela atau aku harus dengan penuh
perjuangan membukakan mu pagar rumahku.
Seharusnya, sebelum kalimat manis itu meluncur keluar dari lidahmu,
pastikan bahwa itu bukan cuma penasaran belaka. Karena hal itu hanya akan
berujung pada saling mencaci satu sama lain. Hingga akhirnya tak pernah ada
lagi kata sapa akibat kegagalan yang menanggapi rasa.
Iya, kamu sudah bilang maaf.
Kata sederhana yang selalu menjadi juara sepanjang segala
masa.
Mudah diucapkan, dan mudah pula dilupakan. Kemudian, sang
waktu lah yang bekerja. Mengganti setiap luka dengan lupa. Perlahan. Pun. Hilang.
Berganti. Dan pergi.
Sudah ya, jangan mencariku suatu hari nanti. Biarkan hari
ini, esok dan esoknya lagi aku yang mencarimu saja. Sampai aku mulai terbiasa
akan hilangnya kamu.
Karena kita, adalah satu keraguan yang berjalan bersama
untuk memutuskan saling pergi menjauh